Pada akhir abad ke 11, Syi'ah Isma'illiyah yang menjadi madzhab dasar dinasti Fatimiyah di Mesir mulai terpecah akibat kemakmuran dan keperkasaan dinasti tersebut yang membuat rakyatnya bergelimang harta. Rakyat dinasti itu mulai melupakan kehidupan sederhana yang pernah dicontohkan oleh Rasullah dan Ahlul Bait, fenomena ini membuat hati sebagian orang miris dan ingin mengembalikan Islam kepada jalur yang sebenarnya. Mereka membuat sebuah gerakan revolusioner dan mulai mempropagandakan pemikiran mereka kepada rakyat Fatimiah. Semua orang juga tahu bahwa mempropagandakan kehidupan sederhana ditengah-tengah kemakmuran hanya akan buang-buang waktu saja, bagaimana mungkin ada orang yang mau kembali kepada kemiskinan setelah mereka berjuang puluhan tahun demi mendapatkan kekayaan?
Ilustrasi Hassan Sabbah |
Diluar apa yang dipikirkan para revolusioner Fatimiyah, di Persia, Sabbah mengembangkan basis kekuasaannya sendiri dan merekrut orang-orang untuknya. Dia mengambil alih sebuah benteng yang disebut Alamut (sarang elang) yang terletak tinggi dipegunungan Elburz bagian utara Iran. Tidak ada yang bisa menyentuhnya disana, karena satu-satunya jalan adalah jalan sempit yang tidak mungkin untuk dilewati tentara. Leganda yang beredar mengatakan bahwa Sabbah menggunakan muslihat dan sihir untuk menaklukkan benteng dengan medan sukar itu. Namun terlepas bagaimana Sabbah melakukan hal itu, yang jelas disanalah ia mengorganisir perkumpulan barunya yang dinamai Hassasins atau Assasins.