Saturday, February 9, 2013

Sosok Mu'awiyah I

Mu'awiyah sebelum Islam

Nama lengkap beliau adalah Mu'awiyah bin Sakhar (Abi Sufyan) bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdil Manaf bin Qusay bin kilab. Nasab beliau bertemu dengan Nabi Muhammad SAW pada Abdil Manaf bin Qusay, sama seperti nasab Imam Syafi'i yang juga bertemu dengan Nabi pada Abdil Manaf. 
Ayah beliau adalah Sakhar atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Abu Sufyan. Abu Sufyan adalah salah satu dari pembesar Makkah pada awal permulaan dakwah Islam, namun setelah perang badar pada tahun ke 2 H, beliau menjadi satu-satunya pembesar Makkah, dan menanggung tugas layaknya seorang raja kalau saja Makkah pada saat berbentuk kerajaan. Beliau mengucap dua kalimat syahadat pada detik-detik terjadinya fathu Makkah.
Sedangkan ibu beliau bernama Hindun binti utbah binti Ribi'ah binti Abdi Syams. Sebelum menikah dengan Abu Sufyan beliau pernah menikah dengan seorang laki-laki, namun tidak berapa lama beliau berpisah dengan laki-laki itu dan menikah dengan Abi Sufyan. Seperti yang kita tahu melalui buku-buku sejarah, beliaulah yang menyuruh Wahsyi anak Zubair bin Muth'im untuk membunuh Hamzah paman Rasul SAW. Hal ini dikarenakan kemarahan beliau kepada Hamzah yang telah membunuh Utbah bin Rabi'ah ayahnya.
Tetapi, bagaimanapun kejelekan Abu Sufyan dan istrinya Hindun ketika mereka belum memeluk islam, pastilah akan terhapus disaat mereka berdua benar-benar bersimpuh mengucapkan dua kalimat syahadat dihadapan Nabi SAW pada fathu Makkah. Sebagai bukti dari ketulusan iman mereka berdua, saya akan menceritakannya lebih terperinci lagi saat ini. Pertama Abu Sufyan, beliau telah mengikuti berbagai macam peperangan dua diantaranya bersama Rasulullah dibawah panji beliau dan yang lainnya dibawah panji anaknya Yazid dalam misi fathu Syam. Dua peperangan yang diikutinya bersama Rasulullah adalah perang Thaif dan Hunain. Setelah dua peperangan itu berakhir, pada hari pembagian ganimah, beliau malah menyumbangkan ganimah yang menjadi hak beliau, yaitu: seratus ekor onta dan empat puluh uqiyah dari perak. Rasullullah juga pernah menugaskan beliau menjadi Gubernur di Nejran. Sedangkan pada masa kekhalifahan Abu Bakar beliau ditugasi menjadi pengumpul zakat khusus untuk wilayah Yaman.
Sedangkan Hindun, selain beliau mendukung Abu Sufyan dalam setiap sepak terjangnya demi agama Islam. Dalam sebuah kejadian yang cukup dramatis beliau menghancurkan seluruh berhala yang ada dirumah beliau sambil berkata  "Dahulu kami tertipu olehmu."
Jadi, tentulah mereka berdua sangatlah pantas menyandang gelar "Radhiyaallahu anhuma", mengingat ketulusan iman mereka berdua yang berbuah harum, seharum nama mereka dibenak kaum muslim ahlussunnah wal jama'ah.

Mu'awiyah dilahirkan pada tahun ke delapan belas sebelum hijrah. Beliau tidak ikut bersama saudaranya Hanzalah dan Amru pada perang badar melawan kaum muslimin, perang itu telah berhasil merenggut Hanzalah dan menawan Amru.

Setelah perang badar, Rasulullah mengirim sepuluh orang sahabatnya sebagai mata-mata, mereka dipimpin oleh Ashim bin Tsabit, namun pihak Quraisy yang telah mendengar pengiriman mata-mata tersebut mengutus dua ratus pemanah untuk meringkus mereka. Ketika para pemanah itu telah berhasil mengepung sepeluh mata-mata ini, mereka membunuh delapan dari mereka dan meninggalkan Khubaib bin Adi dan Ibnu Dastinah untuk dijual sebagai budak di Makkah. Khubaib bin Adi dijual kepada bani Harist kerena ia telah membunuh Harist bin Amr bin Naufal bin Abdil Manaf pemimpin meraka pada perang badar.  Pada hari ekskusi Khubaib, Mu'awiyah ikut menyaksikannya bersama ayahnya Abu Sufyan. Mu'awiyah juga ikut menghadiri perang Khandaq bersama kaum musyrikin, dia ikut menderita atas kekalahan yang luar biasa pada perang itu.

Mu'awiyyah sesudah Islam
Dada Mu'awiyah Radhiyaallahu'anhu  dicerahkan oleh Allah SWT pada tahun 6 H, yakni pada tahun dimana terjadinya peristiwa Shulhul Hudaibiyah. Ia menyembunyikan ke Islamannya dan tetap menetap di Makkah. Namun keislaman yang ia sembunyikan ini ternyata diketahui oleh Abu Sufyan, Abu Sufyan pernah bertutur "Anakku Zaid jauh lebih baik daripada kamu -Mu'awiyah- karena ia berada atas agamaku."

Ketika terjadinya fathu Makkah dan Rasulullah berhasil memasuki Masjidil Haram, berislamlah seluruh penduduk Makkah. Peristiwa ini juga dimanfaatkan oleh Mu'awiyah untuk menampakkan keislamannya dihadapan Rasullullah SAW dan seluruh penduduk Makkah. Rasulullah menerimanya dengan penuh suka cita dan kehangatan. Setelah Fathu Makkah beliau juga ikut bersama Rasulullah dan Ayahnya dalam perang hunain dan thaif. Pada perang itu Rasulullah menyuruh Bilal untuk memberikan seratus unta dan empat puluh Uqiyah daripada perak kepada Mu'awiyah, karena beliau dianggap sebagai seorang muallaf.

Setelah keislaman keluarga ini, Abu Sufyan berpindah ke Madinah bersama seluruh keluarganya, termasuk Mu'awiyah. Kepindahan keluarga ini disambut ramah oleh Rasulullah SAW, beliau mempersaudarakan Abu Sufyan dengan Hutat bin Yazid Al-Jaasyi'i. Beliau juga memberikan tugas yang sangat mulia kepada Mu'awiyah, beliau menyuruhnya menjadi salah seorang pencatat wahyu beliau ( Al-Qur'an). 

Mu'awiyah adalah orang yang sangat cerdas, beliau mampu menghapal apapun hanya dalam sekali dengar dan lihat. Inilah yang menjadikan beliau tetap bisa meriwayatkan hadist dari Rasulullah SAW walaupun Rasulullah melarang para pencatat wahyunya untuk menulis apapun yang mereka dengar dari Rasulullah SAW kecuali Al-Qur'an, karena beliau takut tercampurnya Al-Qur'an dengan perkataan beliau. Hal ini menunjukkan bahwa Mu'awiyah meriwayatkan hadistnya hanyalah bersandar pada hapalan saja. Tercatat bahwa hadist yang pernah beliau riwayatkan adalah sekitar tiga ratus enam puluh hadist. Tetapi janganlah kita menyangka bahwa hadist yang beliau tahu hanyalah sejumlah itu, karena tidak mungkin seorang penuntut ilmu yang tawadhu' seperti beliau hanya mengetahui sangat sedikit hadist Rasulullah. Ketawadhu'an beliau dalam menuntu ilmu terbukti dengan ditemukannya hadist yang beliau riwayatkan dari tabi'in semisal Sa'id bin Musyyib dan Hamid bin Abdirrahman padahal beliau adalah seorang sahabat.

Rasulullah SAW juga beberapa kali mendo'akan Mu'awiyah, dalam suatu riwayat beliau mendo'akan Mu'awiyah dengan berkata " Ya Allah jadikanlah Mu'awiyah orang yang mendapat hidayah dan menjadi sebab turunnya hidayah. Dan berilah ia petunjuk."

Imam Ahmad didalam musnadnya juga pernah meriwayatkan bahwa 'Arbaadh bin Sariyyah RA pernah mendengar Rasulullah berdo'a untuk Mu'awiyah, beliau berkata " Ya Allah ajarkanlah Mu'awiyah Al-Qur'an dan ilmu hitung, dan lindungilah ia dari azab neraka."

Ibnu Abi Syaibah pernah mentakhrij didalam musnafnya, begitu juga dengan Imam Tabrani didalam Al-kabir dari Abdul Malik bin Amir berkata, telah berkata Mu'awiyah : " Senantiasa aku berhasrat dengan kekhalifahan sejak Rasulullah SAW mengatakan kepadaku : "Ya Mu'wiyyah apabila kamu menjadi raja maka profesionallah.!" Namun Hadist ini janganlah kita pahami sebagai wasiat Rasulullah untuk menjadikan Mu'awiyah sebagai Khalifah pengganti beliau, tetapi hadist ini adalah ramalan sekaligus suruhan Rasulullah kepada Mu'awiyah agar ia profesional apabila Allah SWT memuliakan ia dengan sebuah kepemimpinan.

Rasulullah SAW pun akhirnya meninggal dengan membawa keridhaannya untuk Mu'awiyah, Ridhanya Rasulullah SAW juga merupakan Ridhanya Allah SWT.  Waallahu'alam

Sumber : At-Tarikh Al-islami, Ahdul Umawiy, Mahmud Syakir





Waallhu'alam.  

No comments: